Kim Jong Un Bertemu Trump, Apa Dampak Buat Ekonomi RI?

5415b58a-ba4f-4cc2-8e11-947cdf226f4c_169

PT BESTPROFIT Singapura bakal jadi saksi bersejarah pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Pertemuan tersebut diprediksi akan berdampak pada sektor ekonomi.

Pertemuan perdana Kim Jong Un dengan Donald Teump dijadwalkan pada Selasa (12/6/2018). Pertemuan tersebut berlangsung secara tertutup di Hotel Capella, Pulau Sentosa, Singapura. BEST PROFIT

Pertemuan itu bertujuan untuk menjadi salah satu upaya di antara Amerika Serikat dan Korea Utara untuk mencairkan ketegangan kedua negara. BESTPROFIT

Dilansir dari Reuters, Senin (11/6/2018) pertemuan tersebut sudah pasti bernilai politik. Lalu bagamana dampak pertemuan tersebut terhadap sektor ekonomi.  PT BESTPROFIT FUTURES

Beberapa kalangan menilai pertemuan tersebut akan memberikan dampak positif bagi perekonomian dunia. Pertemuan tersebut dinilai dapat meredam ketegangan soal nuklir.

Lalu bagaimana dengan ekonomi Indonesia?

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono mengatakan pertemuan tersebut akan meredam tensi panas Korea Utara dengan AS. Sehingga berdampak pada gairah investasi, hingga stabilitas harga minyak.

“Indonesia pasti mendapatkan manfaat juga. Yang kita harapkan misalnya, harga minyak dunia menurun. Karena saat ini gap antara harga minyak asumsi APBN (USD 48 per barrel) sangat lebar dibandingkan realisasi (US$ 70). Ini berakibat buruk bagi fiskal kita,” kata Tony saat dihubungi detikFinance, Senin (11/6/2018).

“Secara langsung mungkin tidak. Tapi jika perekonomian global mereda tensi VUCA-nya,” sambung dia.

Tony menjelaskan, VUCA alias volatilty, uncertainty, complexity, ambiguity yang sering menjadi sentimen negatif bagi perekonomian.

Oleh karena itu, Tony menuturkan dampak dari pertemuan Kim Jong Un dengan Trump bagus untuk perekonomian nasional.

“Denuklirisasi. Kalau Koru melanjutkan program nuklir, akan membuat Asia Timur tidak aman. Iklim investasi menjadi memburuk” jelas dia.

Sementara itu, Peneliti dari INDEF Bhima Yudhistira mengatakan dampak pertemuan tersebut bisa meningkatkan kegiatan ekspor.

Menurut Bhima, Sekitar 31% total perdagangan Indonesia khususnya ekspor ke China, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Kegiatan tersebut terdampak konflik di Semenanjung Korea.

“Jika konflik berhasil diredam, eksportir tidak akan was was mengirim barang lewat Semenanjung Korea. Biaya logistik bisa lebih dipangkas, tanpa jalur memutar untuk menghindari wilayah konflik. Resiko geopolitik yang menurun sangat membantu kepastian ekspor negara seperti Indonesia,” kata Bhima.

Pertemuan Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bakal menjadi sentimen positif bagi perekonomian dunia.

Pertemuan yang berlangsung di Singapura itu dinilai dapat meredam ketegangan kedua negara tersebut soal nuklir.

“Saya pikir dampaknya positif. Minimal bisa mengurangi tensi konflik global yg ditimbulkan oleh Korut,” kata Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (11/6/2018).

Dalam peta ekonomi global, Tony menceritakan ada yang namanya terminologi VUCA alias volatilty, uncertainty, complexity, ambiguity.

Menurut Tony, kebijakan Kim Jong Un yang kontroversial, menjadi salah satu faktor VUCA, terutama dalam hal uncertainty dan complexity.

“Redanya tensi akan menyebabkan perekonomian global menjadi lebih ‘anteng’, stabil. Dampaknya bisa kepada gairah investasi, stabilitas harga minyak, dan seterusnya. Ini sangat positif,” tambah dia.

Sementara itu, Peneliti dari INDEF Bhima Yudhistira mengungkapkan, pertemuan Kim Jong Un dengan Donald Trump bisa mendorong penguatan nilai tukar dan bursa saham kawasan Asia.

Selain itu, kata Bhima, pertemuan itu juga memberikan efeknya positif untuk netralisir ketegangan di Semenanjung Korea.

“Kalau pertemuannya berhasil dan menghasilkan suatu kesepakatan bersama yang clear dan positif antara Trump dan Kim, bisa dorong penguatan kurs dan bursa saham di kawasan Asia,” kata Bhima.

Dilansir dari Reuters, Senin (11/6/2018) pertemuan tersebut sudah pasti bernilai politik. Namun selain itu, rupanya Singapura sebagai panggungnya akan kecipratan ‘berkah’. Terutama, dari segi pariwisata dan kewirausahaan.

Usut punya usut, beberapa pengusaha di Singapura sudah membuat pernak-pernik bertemakan Donald Trump dan Kim Jong Un. Ada yang membuat kaos bertuliskan ‘Peace Out from Lion City’, burger dan tacos dengan bendera AS dan Korea Utara, medali perdamaian ‘World Peace’ serta masih banyak lagi.

Tentu, itu akan menjadi daya tarik tersendiri buat turis yang melancong di Singapura. Bahkan jika pertemuan kedua pemimpin negara tersebut berlangsung lancar dan positif, Singapura lebih dapat membanggakan diri sebagai saksi yang bersejarah bagi dunia.

Untuk pertemuan Donald Trump dan Kim Jong Un itu, kabarnya sudah 3.000 orang yang datang. Baik itu dari delegasi, petugas kemanan hingga wartawan. Tentu saja, itu bakal menjadi pemasukan yang besar untuk negaranya. Hotel-hotel ternama yang ditempati oleh kedua delegasi tiap negara itu pun makin naik pamornya.

“Kunjungan tersebut membuat mata seluruh dunia tertuju pada Singapura. Menampilkan Singapura sebagai tujuan ideal, terutama untuk bisnis dan pertemuan,” kata Oliver Chong selaku Director of Communications and Marketing Capability at The Tourism Board Singapura.

Ya, segi MICE (Meetings, Incentives, Conferences and Exhibitions) juga bakal berdampak baik bagi Singapura. Bukan menutup kemungkinan, ke depannya pemimpin-pemimpin dunia menggelar pertemuan di Singapura. Diikuti, oleh para pebisnis dari berbagai negara.

17,4 Juta kunjungan turis tercatat datang ke Singapura pada tahun lalu. Setelah pertemuan Donald Trump dan Kim Jong Un nanti, mungkin lebih banyak lagi yang datang ke sana.

Sumber : Detik

 

Leave a comment